Bayangkan seorang Kerani di perkebunan sawit. Setiap pagi s.d. siang, ia mencatat jumlah TBS (Tandan Buah Sawit) hasil panen di buku catatannya. Hujan turun, kertasnya basah, angka yang ia tulis perlahan memudar. Menjelang sore hari, ia harus berkendara ke kantor untuk menyerahkan laporan panen. Sementara itu, tim di kantor menunggu hingga malam untuk merekap data secara manual.
Kini, bayangkan skenario berbeda. Dengan aplikasi mobile, sang Kerani cukup memasukkan data panen di smartphone-nya, bahkan saat berada di tengah perkebunan tanpa sinyal. Aplikasi ini bekerja dalam mode offline, memastikan data tetap tersimpan dan otomatis tersinkronisasi begitu perangkat kembali mendapatkan koneksi. Tidak ada lagi keterlambatan laporan—operasional menjadi lebih cepat dan efisien.
Mobile vs. Web
Aplikasi berbasis Web mudah diakses dari berbagai perangkat tanpa perlu instalasi, tetapi sangat bergantung pada koneksi internet yang stabil. Ini menjadi tantangan di perkebunan sawit yang sering dalam kondisi jaringan terbatas atau bahkan tanpa sinyal.
Seorang Kerani yang menggunakan web apps harus memastikan ada koneksi internet untuk memasukkan data panen atau memeriksa daftar tugasnya. Jika sinyal lemah atau tidak ada jaringan, web apps menjadi tidak optimal. Sebaliknya, mobile apps bekerja dalam mode offline. Data tetap tersimpan di perangkat dan akan tersinkronisasi otomatis ketika koneksi tersedia. Dengan cara ini, pekerjaan tidak terganggu oleh keterbatasan infrastruktur jaringan.
Mobile Apps Mengubah Cara Kerja
Pencatatan hasil panen yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat dilakukan dalam hitungan detik. Dengan mobile apps, Pengguna (Kerani, Mandor, dan petugas lainnya) cukup memasukkan data langsung ke perangkat mereka. Bahkan di area tanpa sinyal, data tetap aman dan dapat dikirim begitu perangkat kembali terhubung ke internet.
Mobile apps juga terhubung dengan sistem yang lebih besar. Berbagai penyedia solusi, termasuk SEMAI, telah membantu perkebunan mengembangkan sistem digital yang lebih terintegrasi, antara lain dengan Sistem-sistem ERP, Plantation Management System (PMS), dsb.
Memahami Teknologi Mobile Apps
Dalam pengembangan mobile apps, ada tiga teknologi utama yang sering digunakan: Android, iOS, dan Flutter.
- Android: Digunakan oleh lebih dari 92% pengguna smartphone di Indonesia, menjadikannya pilihan utama untuk aplikasi perkebunan. Android fleksibel dalam integrasi dengan berbagai perangkat dan tersedia dalam berbagai harga, memungkinkan pekerja lapangan mengakses aplikasi dengan lebih mudah.
- iOS: Digunakan oleh segmen pengguna tertentu, terutama di kalangan manajemen.
- Flutter: Teknologi lintas platform yang memungkinkan pengembangan satu aplikasi untuk Android dan iOS. Flutter menghemat biaya dan mempercepat proses pengembangan tanpa mengorbankan performa.
Mengapa Mobile Apps Penting untuk Masa Depan Perkebunan?
Teknologi mobile apps tidak hanya mempermudah pencatatan, tetapi juga membuka peluang bagi penerapan AI perkebunan sawit. Bayangkan dalam waktu cukup dekat bahwa Pengguna di lapangan memiliki Asisten Virtual berbasis AI yang dapat beroperasi baik secara offline maupun online. Dengan semakin canggihnya teknologi ini, mobile apps akan menjadi alat yang lebih strategis dalam meningkatkan produktivitas perkebunan.
Transformasi digital bukan lagi sekadar pilihan—ini adalah kebutuhan. Jika perkebunan masih mengandalkan sistem manual, maka sudah saatnya untuk beralih, dan salah satu Teknologi yang sangat penting adalah Mobile Apps n